ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR GUNTUR CIAWITALI GARUT
Main Article Content
Abstract
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya bahasa daerah yang berpeluang
melahirkan manusia multilingualisme. Di dalam masyarakat multilingual, penggunaan
bahasa Indonesia seringkali tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku sehingga
mengakibatkan terjadinya alih kode dan campur kode. Fenomena alih kode dan campur
kode lumrah terjadi pada tempat-tempat yang rutinitas di dalamnya mempertemukan
orang-orang yang berasal dari daerah dan bahasa yang berbeda-beda misalnya di
lingkungan pasar. Rumusan masalah penelitian ini yaitu (1) bagaimana wujud alih kode
dalam kegiatan transaksi di pasar Guntur Ciawitali Garut pada bulan Februari 2022?, (2)
bagaimana wujud campur kode dalam kegiatan transaksi di pasar Guntur Ciawitali Garut
pada bulan Februari 2022?, (3) faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya alih kode
dalam kegiatan transaksi di pasar Guntur Ciawitali Garut pada bulan Februari 2022? (4)
faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya campur kode dalam kegiatan transaksi di
pasar Guntur Ciawitali Garut pada bulan Februari 2022?. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah ragam
bahasa yang digunakaan di pasar Guntur Ciawitali Garut pada bulan Februari 2022. Sumber
data dalam penelitian ini yaitu tuturan antara penjual dan pembeli yang melakukan
transaksi jual beli di pasar Guntur Ciawitali Garut pada bulan Februari 2022. Berdasarkan
hasil penelitian ditemukan wujud alih kode dan campur kode beserta faktor penyebabnya.
Berikut ini simpulan dari hasil penelitian di Pasar Guntur Ciawitali Garut. Pertama, wujud
alih kode yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi alih varian. Kedua, wujud campur
kode yang ditemukan berupa penyisipan kata. Ketiga faktor penyebab alih kode yaitu faktor
penutur, mitra tutur, dan perubahan topik pembicaraan. Keempat, faktor penyebab campur
kode dalam penelitian ini yaitu latar belakang penutur meliputi karena penutur yang sudah
terbiasa menyisipkan bahasa lain ketika bertutur atas dorongan dirinya, sebagai bentuk
penghormatan kepada mitra tutur, dan sekadar bergengsi.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.